Kamis, 26 Maret 2009

SEPULUH AKHLAK TERCELA MENURUT ULAMA SUFI

Firman Allah swt dalam Qs. As-Shad: 45 – 46

وَاذْكُرْ عِبَادَنَا إبْرَاهِيمَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ أُولِي الْأَيْدِي وَالْأَبْصَارِ(45)

إِنَّا أَخْلَصْنَاهُمْ بِخَالِصَةٍ ذِكْرَى الدَّارِ(46)

Artinya: “dan ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrahim, Ishaq dan Ya'qub yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi. (45) Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang Tinggi Yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat”(46). (Qs. As-Shad: 46)

  1. Berdo’a hanya untuk diri sendiri
  2. Kurang membaca al-Qur’an 100 ayat dalam sehari
  3. Masuk masjid, tidak shalat tahyatul masjid
  4. Datang kesuatu kota di hari Jum’at, tidak shalat jum’at
  5. Tidak membaca salam dan do’a ketika melewati kuburan
  6. Datang orang alim tidak mengambil ilmunya
  7. Tidak saling tegur ketika saling bertemu
  8. Diundang, tidak datang tanpa alasan
  9. Pemuda penganggur yang tak mau belajar ilmu dan tata krama
  10. Kekenyangan, sementara dia tau tetangga lapar tidak diberinya makanan sedikit jua

Selasa, 24 Maret 2009

ORANG YANG BERHAK MENDAPAT PETUNJUK DARI ALLAH SWT

Firman Allah swt Qs. Al-Qashas: 56

إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ(56)

Artinya: Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.(Qs. Al-Qashas: 56)

Firman Allah swt Qs. Al-Baqarah: 2

ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ(2)

Artinya: (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa(Qs. Al-Baqarah: 2)

Mengapa Allah tidak menggunakan redaksi orang-orang muslim?

Karena orang-orang muslim tersebut ada beberapa tingkatan:

1. Di antara mereka ada yang melakukan dosa-dosa besar, sehingga mereka tidak mendapat hidayah secara sempurna

2. Di antara mereka ada yang melakukan dosa-dosa kecil secara terus-menerus, sehingga mereka juga tidak mendapat hidayah secara sempurna dan menyeluruh

3. Orang yang bertaqwa.

Firman Allah swt Qs. Al-Maidah: 108

ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يَأْتُوا بِالشَّهَادَةِ عَلَى وَجْهِهَا أَوْ يَخَافُوا أَنْ تُرَدَّ أَيْمَانٌ بَعْدَ أَيْمَانِهِمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاسْمَعُواوَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ(108)

Artinya: “itu lebih dekat untuk (menjadikan Para saksi) mengemukakan persaksiannya menurut apa yang sebenarnya, dan (lebih dekat untuk menjadikan mereka) merasa takut akan dikembalikan sumpahnya (kepada ahli waris) sesudah mereka bersumpah dan bertakwalah kepada Allah dan dengarkanlah (perintah-Nya). Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.

Adapun yang dimaksud dengan taqwa tersebut adalah Takut kepada Allah swt, melaksanakan segala sesuatu yang datang dariNya, ridha dengan karuniaNya walaupun sedikit, dan menyiapkan diri untuk menyambut datangnya kematian.

Ada beberapa hal yang mesti kita lakukan agar ketaqwaan itu terpatri dalam diri kita

  1. Senantiasa merasa diawasi Allah swt
  2. Melaksanakan semua kewajiban dan ketaatan kepadaNya yang disertai dengan ketulusan

Hanya orang-orang yang bertaqwalah yang akan sempurna dan utuh mendapatkan petunjuk dari Allah swt.

Wallahu’alam bissawab

Senin, 23 Maret 2009

B I S M I L L A H

Firman Allah swt dalam dalam Qs. Ali Imran: 41

وَاذْكُرْ رَبَّكَ كَثِيرًا وَسَبِّحْ بِالْعَشِيِّ وَالْإِبْكَارِ(41) ………………

Artinya: “……dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari". (Qs. Ali Imran: 41)

Dalam kehidupan sehari-hari kita sangat dianjurkan membaca asma Allah, seperti akan makan, minum dan memulai segala aktifitas yang baik.

Kenapa kita sangat di suruh untuk memulai semua kegiatan dengan bacaan asma Allah?, karena apa yang kita buat tersebut bersama Allah swt.

Jadi sangat merugilah orang-orang yang tidak mengikutkan Allah swt dalam segala kegiatannya, karena Allah swt yang segala Maha bersama kita.

Allah swt itu Maha adil dan keadilan Allah swt tersebut tidak dapat kita ukur. Firman Allah swt dalam Qs. Al-Qashas: 84

مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ خَيْرٌ مِنْهَا وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزَى الَّذِينَ عَمِلُوا السَّيِّئَاتِ إِلَّا مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ(84)

Artinya: “Barangsiapa yang datang dengan (membawa) kebaikan, Maka baginya (pahala) yang lebih baik daripada kebaikannya itu; dan Barangsiapa yang datang dengan (membawa) kejahatan, Maka tidaklah diberi pembalasan kepada orang-orang yang telah mengerjakan kejahatan itu, melainkan (seimbang) dengan apa yang dahulu mereka kerjakan. (Qs. Al-Qashas: 84)

Dibandingkan dengan logika manusia, kita tidak dapat menerima konsep ini karena dalam pandangan kita keadilan itu keadilan berimbang. Artinya kalau kita datang membawa satu kebaikan maka balasannya adalah satu kebaikan, begitu juga ketika kita mendatangkan 10 kebaikan maka balasannya juga 10 kebaikan atau sebaliknya jika kita mendatangkan satu kejahatan maka balasannya juga satu kejahatan, tetapi keadilan Allah tidak seperti itu. Dengan keMaha Rahmanannya Allah balas kebaikan berlipat ganda dan Allah balas kejahatan dengan yang setimpal.

Allah swt itu Maha Pengasih (ar-Rahman) dan Penyayang (ar-Rahim). Rahman Allah tersebut menyeluruh untuk semua umat manusia sedangkan RahimNya hanya teruntuk buat orang-orang yang bersedia bertransaksi denganNya, yang mau menjual dirinya kepada Allah swt, setiap transaksi dengan Allah tidak akan pernah merugi

Firman Allah dalam Qs. Fathir: 29

إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُور(29)

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anuge- rahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi,( Qs. Fathir: 29)

Orang yang bertransaksi dengan Allah swt cirinya adalah orang yang mengikutkan Allah dalam setiap tindakan dan lakunya.

Orang selalu membaca asma Allah akan selalu segar dan fresh. Barangkali kita masih ingat dengan penemuan ilmiah terapi air yang ditemukan oleh ilmuan Jepang, dimana diambil sampel air dan diletakkan dalam dua bejana, yang satu diletakkan dekat musik yang keras dan yang satu di letakkan pada suasana yang tenang kemudian air tersebut dikonsumsi, hasilnya berbeda, air yang di letakkan dekat musik yang suara keras tadi tidak baik untuk kesehatan sedangkan air yang diletakkan pada suasana yang tenang bagus untuk kesehatan.

Penelitian tersebut diulang kembali oleh ilmuan Muslim dengan melantunkan ayat suci al-Qur’an kemudian air tersebutpun dikonsumsi hasilnya jauh lebih baik dan segar dibanding dengan penemuan ilmuan Jepang di atas.

Orang Islam yang mengetahui informasi ini akan langsung menerapkan dalam kehidupannya, ketika akan minum misalnya memulai dengan menyebut asma Allah swt karena kebesaran manfaat yang terkandung di dalamnya.

Kita tahu betul bahwa 2/3 bagian dari tubuh kita terdiri dari air, maka pasti berbeda prilaku orang yang membiasakan membaca al-Qur’an ketika akan memulai kegiatannya dengan orang yang tidak membiasakan membaca al-Qur’an ketika akan memulai kegiatannya. Maka sangat rugilah orang Islam yang mengetahui informasi ini tatapi tidak menerapkan dalam kehidupannya.

Air yang paling baik dan sehat itu adalah air zamzam, karena setiap saat orang Islam zikir dan thawaf di sana. Maka marilah kita mulai semua kegiatan kita yang positif dengan menyebut asma Allah, karena tidak mungkin ketika kita akan mengerjakan kejahatan juga baca asma allah seperti ketika akan korupsi baca bismillah dulu.

Renungkanlah firman Allah swt dalam Qs. Al-Hasyr: 24 berikut

هُوَ اللَّهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى يُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ(24)

Artinya: “Dialah Allah yang Menciptakan, yang Mengadakan, yang membentuk Rupa, yang mempunyai asmaaul Husna. bertasbih kepadanya apa yang di langit dan bumi. dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.( Qs. Al-Hasyr: 24)

Sabtu, 21 Maret 2009

Berinfaq

قُلْ إِنَّ رَبِّي يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَهُ وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ(39)

Artinya: “Katakanlah: "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)". dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, Maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezki yang sebaik-baiknya”.(Qs. As-Saba’:39)

Tipe-tipe orang yang berinfaq:

1. Orang yang berinfaq agar dilihat dan didengar orang lain.

Orang seperti ini kelak di akherat tidak akan mendapatkan balasan apapun dari harta yang di infaqkannya. Dialah orang yang pertama sekali yang akan dilemparkan ke dalam api neraka.

2. Orang yang berinfaq karena malu, baginya adalah ganjaran dari Allah SWT. Orang seperti inilah yang sering ada, karena hal tersebut sudah menjadi kebiasaan

3. Orang yang berinfaq dengan harapan akan mendapat ridha dari Allah SWT, orang seperti ini yang disebut dengan ‘abid (orang yang ahli ibadah)

Firman Allah SWT dalam Qs. Al-Baqarah: 5)

أُولَئِكَ عَلَى هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ(5)

Artinya: “Mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung”. (Qs. Al-Baqarah: 5))

Ampunan Allah

Firman Allah QS Ali Imran (3) ayat : 133

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

Artinya : Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,

6 Syarat mendapatkan ampunan Allah menurut Al-Qur’an QS Ali Imran ayat 132-136 :

1. Mengikuti Allah dan Rasul (waatiullaha warrasula)

2. Menafkahkan hartanya diwaktu senang dan susah (Yunfiquna fi Sarrai waddarai)

3. Sanggup menahan nafsu Amarah (Walqazibinal Ghaiza)

4. Orang yang mampu memaafkan manusia ( Wal’afina aninnas)

5. Apabila Melakukan kesalahan segera memohon ampun (Wallazina iza fa’alu Fahisatan au Zalamu Anfusahum Zakarallahu Fastadfaru Lizunubihim)

6. Apabila tahuh pekerjaan itu salah segera menghentikan pekerjaan itu. (Walam Yusirru ‘Ala ma Fa’alu Wahum Ya’lamun)

Mereka inilah yang dibalasi dengan keampunan

Kamis, 12 Maret 2009

MUSLIM PROFESIONAL

Pengertian Profesional

Firman Allah QS Ali-Imran (3) : 102

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.

Professional itu adalah profesi yang hebat, tinggi, membanggakan, pekerjaan yang bergengsi. Tapi makna professional yang sebenarnya adalah seorang yang melakukan fungsinya secara maksimal dengan komitmen yang penuh. Seorang tukang sapu misalnya, jika dia melakukan fungsinya secara committed dan dengan penuh tanggung jawab, maka dia dapat dikategorikan sebagai professional cleaning service man.

Jangan sampai Islam diambil hanya setengah hati (half heartedly), karena hanya mengantarkan kepada langkah-langkah setan. Sebagaimana Firman Allah dalam QS Al-Baqarah : 208

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.

Ciri-ciri muslim professional

1. Benar dalam keimanannya (aqidah)

Firman Allah QS Ibrahim (14) : 24-25

Illustrasi dalam Qur’an : Akar pohon = Iman dan Aqidah

Cabang & Rantingnya = Ibadah

Buahnya = Peradaban manusia yang rahmatan lil ‘alamin

2. Benar dalam Ibadah

Dalam melakukan ibadah akan selalu meningkatkan ilmunya sehingga tidak terjatuh ke dalam praktemk bid’ah dan taqlid.

3. Ilmu dan pemikiran yang luas

Kata terbesar kedua dalam Al-Qur’an setelah Allah adalah kata-kata yang terkait dengan penggunaan akal, Tadabbur, ta’aqqul, ta’allum, tafakkur, dan semacamnya.

4. Kuat dalam karakter dan akhak

Rasulullah adalah “the Living and Walking Qur’an” atau Qur’an berjalan. Semua amalan ritual dalam Islam semuanya mengarahkan kepada pembentukan kepribadian yang kokoh. Shalat bertujuan untuk memberantas “fahsya wal mungkar” (kekejian dan kemungkaran). Puasa tidak di terima jika masih bercampur dengan “zuur al qaul wal ‘amal” (Keburukan kata dan amal). Zakat tidak diterima bila diiringi dengan “al mannu wal adza” (riya dan menyakitkan hati). Haji masih bercampur baur dengan rafats, fusuq dan jidaal (kata-kata kotor, dosa dan berbantah-bantahan). Tidak akan menjadi amal ibadah yang memenuhi tujuannya.

5. Penggunaan Waktu Secara Maksimal (Time Is Live)

Dia akan merasa kehilangan sesuatu yang paling berharga, jika dia kehilangan sepotong kecil dari waktunya tanpa sebuah makna.

6. Disiplin yang tinggi

Malam dijadikan sebagai istirahat dan siang untuk mencari nafkah kehidupan. Ketika dia di Masjid digunakan untuk berzikir, berdialog mengenai ilmu-ilmu, bukan ketawa-ketiwi. Sebaliknya, jika dia berada di tempat piknik digunakan untuk menenangkan pikiransecara fisik. Umar mendapatkan seorang pemuda sedang beribadah dalam Masjid pada waktu kerja (office hour). Umar bertanya kepadanya, “Apa gerangan yang anda lakukan?”, Pemuda itu menjawab, “sedang berdo’a meminta rizki dari Allah SWT”. Mendengar jawaban itu, Umar mencabut pedangnya dan berkata “pergilan ke pasar sana dan mintalah rizki Allah di Pasar atau ku penggal lehermu?”.

7. Sehat secara Fisik

Do’a Rasulullah Saw “ wa’afiyatan fil jasadi” (dan berilah kami kesehatan jasmani). Ada 3 hal yang feasible dilakukan : a. Memanah b. Menunggang kuda c. Berenang. Bayangkan anjuran berenang dalam konteks padang pasir yang tidak terkait langsung kecuali di pinggir pantai Yaman. Tapi itulah visi Rasulullah ke depan. Muslim yang professional bukanlah muslim yang sakit-sakitan, walau penyakit menjadi bagian dari kealamiahan hidup. Tapi Islam menuntut usaha manusia untuk tetap sehat.

8. Memiliki penghasilan memadai

Rasulullah mengingatkan : “Lihatlah kepada siapa yang kurang dan bukan kepada mereka yang berlebih”, tapi pada saat yang sama beliau mengingatkan : “Tangan yang di atas (member) itu lebih baik dari tangan yang di bawah (mengemis)”.

Firman Allah dalam QS Al-Jumu’ah (62) : 10


فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Artinya : Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung

Rabu, 11 Maret 2009

Kehidupan Yang baik

Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.(An Nahl 97)

Semua manusia ingin hidup bahagia, aman, tentram sejahtera, berkecukupan. Semua manusia takut hidup sengsara, melarat, dikucilkan masyarakat,hidup miskin dan serba kekurangan. Hal yang wajar, hanya saja untuk mendapatkan semua yang diinginkan itu banyak manusia yang salah kaprah. Mereka mengerjakan sesuatu yang menurut perkiraannya akan mendapatkan semua yang diinginkan, tapi kenyataannya apa yang dikerjakan dan diusahakannya justru mendatangkan hal yang sebaliknya.

Dalam surat An Nahl ayat 97 diatas Allah menunjukan suatu cara untuk mendapatkan kehidupan yang baik didunia dan akhirat, yaitu dengan cara terus menerus mengerjakan amal kebaikan dan ber-Iman pada Allah. Ini adalah janji Allah, dan Allah tidak pernah mengingkari janji-Nya. Mengerjakan amal saleh dan ber-Iman pada Allah adalah syarat mutlak untuk mendapatkan kebaikan didunia dan akhirat.

Bagaimana dengan orang yang terus menerus mengerjakan amal kebaikan, dengan menyantuni yatim piatu, membantu memerangi kemiskinan, memberikan bea siswa, membantu fakir miskin dan banyak lagi kegiatan sosial lainnya, namun ia tidak ber-Iman pada Allah, apakah ia akan mendapat kehidupan yang baik juga? Pada kenyataannya orang yang seperti ini kekayaannya terus bertambah, ia bisa mendapatkan apa saja yang diingini didunia ini. Allah membalasi kebaikan mereka hanya didunia saja. Diakhirat ia tidak mendapatkan apa – apa, semua amalannya didunia jadi sia – sia. Karena dia memang tidak percaya pada Allah dan kehidupan akhirat, dia tidak pernah mengharapkan balasan di akhirat, ia hanya butuh penghargaan dan balasan kebaikan didunia, dan ia telah mendapatkan semua yang diinginkan didunia ini.

Allah meng-umpamakan amalan orang yang berbuat baik tapi tidak ber-Iman pada Allah bagaikan tanah yang berada diatas batu yang licin kemudian ditimpa hujan, tanah itu hanyut, hilang tak berbekas. Allah menyampaikan ini dalam surat Al Baqarah ayat 264:

Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena ria kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. (Al Baqarah 264)

Amal kebaikan atau amal saleh yang didasari karena Iman pada Allah dan hari akhirat, pasti dibalasi Allah dengan kebaikan didunia dan akhirat. Namun amal kebaikan atau amal saleh yang tidak didasari oleh Iman dan keyakinan pada Allah serta kehidupan akhirat, hanya dibalasi Allah dengan kebaikan didunia saja. Ia mendapat rezeki berlimpah pujian, sanjungan dan penghargaan dari berbagai pihak didunia ini, namun diakhirat kelak ia tidak mendapatkan apa-apa.

Itulah kunci kesejahteraan hidup yang disampaikan Allah dalam surat An Nahl ayat 97, yaitu terus menerus berbuatan amal saleh dan kebaikan serta ber-Iman pada Allah dan kehidupan akhirat. Allah tidak pernah mengingkari janji-Nya apa yang dijanjikan-Nya pasti terjadi . Allah akan membalasi kebaikan setiap orang yang ber-Iman dan yakin pada-Nya dengan kebaikan yang banyak dan berlipat ganda di dunia dan akhirat(Oleh Fadhil ZA)(http://www.fadhilza.com)

Kehidupan Rasulullah SAW


Firman Allah SWT dalam QS. Al-Ahzab: 21

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah” (QS. Al-Ahzab: 21)

Diamnya : Zikir

Pandangannya : Kasih Sayang

Fikirannya : Cerdas

Tangannya : Sedeqah

Langkahnya : Jihad

Hatinya : Lembut

Kekuatannya : Do’a

Kesibukannya : Dakwah

Cita-citanya : Umatnya selamat Dunia

dan Akhirat

Agar Hati Menjadi Tentram

Firman Allah SWT dalam QS. Ar-Ra’d: 28

الَّذِينَ ءَامَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

Artinya: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (QS. Ar-Ra’d: 28)

  • Bila mengingat masalah, ingatlah masalah yang indah
  • Bila merenung saat ini, ingatlah apa yang telah dicapai
  • Bila anda mengingat masa depan, optimislah bahwa anda merupakan calon orang sukses
Hiduplah dengan penuh bahagia dengan selalu bersyukur

Taubat

Firman Allah dalam Surat Furqan : 71
وَمَنْ تَابَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَإِنَّهُ يَتُوبُ إِلَى اللَّهِ مَتَابًا
Artinya : Dan orang yang bertobat dan mengerjakan amal shaleh, maka sesungguhnya dia bertobat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya.

Rasulullah Bersabda :
  1. Barang siapa bertobat tetapi tidak menambah ibadahnya, ia bukannya telah bertobat
  2. Barang siapa bertobat tetapi tidak mengubah perilakunya, ia bukannya telah bertobat
  3. Barang siapa bertobat tetapi tidak mengganti temannya, ia bukannya telah bertobat
  4. Barang siapa bertobat tetapi tidak menuntut ilmu, ia bukannya telah bertobat
  5. Barang siapa bertobat tetapi tidak membuang sikap riya, ia bukannya telah bertobat
  6. Barang siapa bertobat tetapi tidak menyedekahkan kelebihan yang dimilikinya, ia bukannya telah bertobat
  7. Barang siapa bertobat tetapi tidak meminta maaf kepada orang yang pernah di sakitinya, ia bukannya telah bertobat

AKHLAK

Firman Allah QS Al-Qashas(28): 50
فَإِنْ لَمْ يَسْتَجِيبُوا لَكَ فَاعْلَمْ أَنَّمَا يَتَّبِعُونَ أَهْوَاءَهُمْ وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنَ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِنَ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ

Artinya : ……Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikit pun…. (pertengahan ayat) (QS Al-Qashas(28): 50)
At-Tarmidzi meriwayatkan dari Ayyub bin Musa dari ayahnya dari kakeknya bahwa Rasulullah saw bersabda :
“Maa nahala waalidun waladaan min nuhlin afdhala min adabin hasanin”.(HR. at-Tarmidzi)
Artinya : "Tidak ada suatu pemberian yang diberikan oleh seorang ayah kepada anaknya yang lebih utama daripada pemberian budi pekerti yang baik"

Hadits Nabi: “Amlukuum imanan ahsanukuum khuluqan”
Artinya: “Muslim yang sempura Imannya ialah yang terbaik akhlaknya”
(HR. Tarmidzi dan Ahmad)

Hadis ini mengungkapkan hal yang sangat penting dalam islam yaitu akhlak. Setidaknya ada enam dimensi akhlak dalam Islam:
1. Akhlak kepada Allah SWT
a. Mensyukuri Nikmat-Nya dengan memperbanyak ibadah, b. Malu berbuat maksiat,
2. Akhlak kepada Rasulullah SAW
a. Mencintai dan mengikuti sunnah-sunnahnya, dan b. Banyak bershalawat.
3. Akhlak terhadap al-Qur’an
a. Membacanya penuh perhatian, tartil, b. Menghafal dan mengamalkannya.
4. Akhlak kepada diri sendiri
a. Rapi, b. Bersih
5. Akhlak kepada orang lain
a. Orang tua, b. Guru, c. Kerabat, tetangga serta saudara seiman.
6. Akhlak kepada orang kafir.
a. Membenci kekafiran mereka, b. Tidak meniru perilakunya
7. Akhlak terhadap lingkungan dan makhluk hidup lain
a. Menyayangi binatang, b. Menjaga kebersihan, c. Melestarikan tumbuh-tumbuhan

Khairun Nas

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ

Artinya: Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (Qs. Ali Imran: 110)

Ada hadits pendek namun sarat makna dikutip Imam Suyuthi dalam bukunya Al-Jami’ush Shaghir. Bunyinya, “Khairun naasi anfa’uhum linnaas.” Terjemahan bebasnya: sebaik-baik manusia adalah siapa yang paling banyak bermanfaat bagi orang lain.
Orang yang selalu menebar kebaikan dan memberi manfaat bagi orang lain adalah sebaik-baik manusia. Kenapa Rasulullah saw. menyebut seperti itu?
Setidaknya ada tiga alasan :
Pertama, karena ia dicintai Allah swt.
Rasulullah saw. pernah bersabda yang bunyinya kurang lebih, orang yang paling dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. Siapakah yang lebih baik dari orang yang dicintai Allah?

Kedua, karena ia melakukan amal yang terbaik.
Kaidah usul fiqih menyebutkan bahwa kebaikan yang amalnya dirasakan orang lain lebih bermanfaat ketimbang yang manfaatnya dirasakan oleh diri sendiri

Ketiga, karena ia melakukan kebaikan yang sangat besar pahalanya.
Berbuat sesuatu untuk orang lain besar pahalanya. Bahkan Rasulullah saw. berkata, “Seandainya aku berjalan bersama saudaraku untuk memenuhi suatu kebutuhannya, maka itu lebih aku cintai daripada I;tikaf sebulan di masjidku ini.” (Thabrani). Subhanallah.
Untuk bisa menjadi orang yang banyak memberi manfaat kepada orang lain, kita perlu menyiapkan beberapa hal dalam diri kita.
1. Tingkatkan derajat keimanan kita kepada Allah swt..
2. Kita harus mengikis habis sifat egois dan rasa serakah terhadap materi dari diri kita. Allah swt. memberi contoh kaum Anshor. (Lihat surat Al-Hasyr ayat 9).
3. Tanamkan dalam diri kita logika bahwa sisa harta yang ada pada diri kita adalah yang telah diberikan kepada orang lain
4. Tanamkan rasa, bahwa sebagaimana kita memperlakukan seperti itu jugalah kita akan diperlakukan oleh Allah
5. Untuk bisa memberi, tentu Anda harus memiliki sesuatu untuk diberi.